Rabu, 05 Oktober 2011

HAKIKAT PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

1.      HAKIKAT ANAK DIDIK
Dalam perspektif filsafat pendidikan Islam, hakikat anak didik terdiri dari beberapa
 macam:
1.      Anak didik adalah darah daging sendiri, orang tua adalah pendidik bagi anak-anaknya maka semua keturunannya menjadi anak didiknya didalam keluarga.
2.      Anak didik adalah semua anak yang berada dibawah bimbingan pendidik di lembaga pendidikan formal maupun non formal, seperti di sekolah, pondok pesantren, tempat pelatihan, sekolah keterampilan, tempat pengajian anak-anak seperti TPA, majelis taklim, dan sejenis, bahwa peserta pengajian di masyarakat yang dilaksanakan seminggu sekali atau sebulan sekali, semuanya orang-orang yang menimba ilmu yang dapat dipandang sebagai anak didik.
3.      Anak didik secara khusus adalah orang-orang yang belajar di lembaga pendidikan tertentu yang menerima bimbingan, pengerahan, nasihat, pembelajaran, dan berbagai hal yang berkaitan dengan proses kependidikan.
Anak didik dapat dilihat dari beberapa tingkatan, misalnya anak didik dapat dilihat dari usia, sejak anak didik di taman kanak-kanak, tingkat SLTP-SMA, dan mahasisiwa yang berkaitan dengan usia anak didik. Demikian pula, anak didik dilihat dari perkembangan psikologisnya, misalnya perkembangan psikologis anak didik usia 12-15 tahun di SLTP berbeda dengan perkembangan psikologis anak didik usia 16-19 tahun di SMA, demikian pula perkembangan psikologis anak didik di perguruan tinggi, bahkan perkembangan cara berpikirnya pun berubah menuju kedewasaan berpikir, terutama dalam menyusun cara berpikir logis dan sistematis.
Anak didik merupakan subjek utama dalam pendidikan. Para pendidik selalu berhubungan dengan anak didik, tapi setelah tugas pendidik selesai, anak didik dituntut mengamalkan ilmu dalam kehidupan bermasyarakat. Anak didik dituntut hidup mandiri, mampu menyelesaikan tugas-tugas pendidikan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Tugas utama anak didik adalah belajar, menurut ilmu dan mempraktikkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila anak didik menerima mata pelajaran ilmu agama Islam yang didalamnya terdapat materi ibadah shalat, ilmu yang diterimanya dapat menjadi penuntun kehidupan ibadahnya. Ilmu tentang shalat bukan hanya untuk dihafal, tetapi harus diamalkan, sebagaimana ilmu akhlak, mengajarkan tata cara berprilaku menurut ajaran Islam maka ilmu akhlak pun bukan untuk dihafal, tetapi untuk diamalkan dalamkehidupan sehari-hari.
Dalam psikologi belajar, sebagaimana dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah (2002: 46) anak didik yang mengerti tugasnya dalam belajar adalah anak didik yang konsentrasinya penuh dalam memperhatikan pelajaran. Anak didik yang mendengarkan guru yang mengajar, memperhatikan dan mengarahkan pandangannya khusus kepada guru yang sedang mengajar di depan kelas. Aktivitas belajar demikian sangat membantu peningkatan pemahaman anak didik, tetapi perlu diperhatikan bahwa konsentrasi dalam belajar harus diiringi oleh fokusnya alam pikiran kepada yang dilihat dan didengar. Meskipun pandangan mata kearah guru yang sedang mengajar, jika pikirannya melayang-layang entah ke mana, tidak akan ada belajar. Karena pikiran yang melayang-layang dan kurang konsentrasi dalam belajar tidak mampu meregup penjelasan yang disampaikan oleh pendidik.
Keberhasilan anak didik ditentukan tiga hal yang mendasar, yaitu:
1.      Sikapa anak didik yang mencintai ilmu dan pendidiknya.
2.      Sikap anak didik yang selalu konsentrasi dalam belajar.
3.      Tumbuhnya sikap mental yang dewasa dan mampu menerapkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan.
Menurut aliran kognitivisme, keberhasilan pendidikan atau keberhasilan belajar adalah terjadinya perubahan mentalitas anak didik menjadi lebih baik, lebih dewasa, dan lebih cerdas dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, anak didik yang berhasil adalah anak didik yang sikap mentalnya berubah menjadi lebih dewasa atau menjadi suri tauladan yang bagi umat manusia.
Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Anak didik bukan binatang, tetapi ia adalah manusia yang mempunyai akal. Anak didik adalah unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif. Ia dijadikan sebagai pokok persoalan dalam dalam semua gerak kegiatan pendidikan dan pengajaran. Sebagai pokok persoalan, anak didik memiliki kedudukan yang menempati posisi yang menentukan dalam sebuah interaksi. Guru tidak mempunyai arti apa-apa tanpa kehadiran anak didik sebagai subjek pembinaan. Jadi, anak didik adalah kunci yang menentukan untuk terjadinya interaksi edukatif.
Pada kenyataannya, anak didik itu terdiri atas anak didik dengan sifat-sifat yang berbeda, yaitu:
1.      Anak didik yang belum mengerti apa pun tentang ilmu pengetahuan atau anak didik yang hanya mengenal sesuatu, tetapi belum mengerti dan memahami sesuatu. Anak didik yang duduk di taman kanak-kanak atau sekolah dasar sesungguhnya sebagai anak didik yang belum mengerti dan memahami sesuatu, bahkan huruf pun belum mengenal. Oleh karena itu, sebelum memasuki lembaga pendidikan, orang tuannya bertindak sebagai pendidik pertama yang memperkenalkan semua ilmu yang awal bagi anak-anaknya, misalnya tentang bentuk huruf, bunyi huruf, dan tata cara menulis huruf, demikian pula dengan angka.
2.      Anak didik yang baru mengenal dan mengetahuinya, tetapi belum begitu memahami ilmu pengetahuan yang dimaksudkan.
3.      Anak didik yang sudah mengenal, mengetahui, memahaminya, tetapi belum mengamalkannya dalam kehidupan.
4.      Anak didik yang telah memahami ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam kehidupan.
Dalam perspektif filsafat pendidikan Islam, anak didik yang baru taraf pengenalan adalah anak didik yang masih dalam keadaan fitrah, belum ada setitik dosa dalam kehidupannya. Hal itu menjadi tanggung jawab pendidik dalam memberikan warna bagi anak didiknya. Dengan demikian, didiklah anak didik yang masih fitrah dengan nilai-nilai agama yang benar, sebagaimana seorang bayi yang diazani ketika ia baru dilahirkan.
Anak yang baru dilahirkan pun memerlukan pendidikan, bahkan sejak ia dalam kandungan ibunya. Pada umumnya, sikap dan kepribadian anak didik ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, dan latihan-latihan, yang dilalui sejak masa kecil. Pendidikan merupakan kebutuhan hidup dan tuntutan kejiwaan. Anak yang baru lahir memawa sifat-sifat keturunan, tetapi ia tak berdaya dan tak mampu, baik secara fisik maupun mental. Bakat dan mental yang diwariskan orang tuanya merupakan benih yang perlu dikembangkan. Semua anggota jasmani membutuhkan bimbingan untuk tumbuh. Demikian juga, jiwanya membutuhkan bimbingan untuk berkembang sesuai iramanya masing-masing sehingga suatu waktu anak mampu membimbing diri sendiri. (Syaiful Bahri Djaramah, 2005:53)
Syaiful Bahri Djamarah mengatakan,” Anak yang baru lahir belum mampu menghadapi kehidupan, tetapi tergantung pada lingkungan. Anak yang tumbuh dan berkembang di lingkungan yang baik, ia akan baik. Demikian juga sebaliknya, bakat kurang berperan penting dalam membentuk pribadi anak karena bakat tak mampu tumbuh dan berkembang pada situasi yang tak sesuai. Bakat akan tumbuh dan berkembang pada situasi yang sesuai. Bakat atau sifat keturunan dengan interaksi lingkungan memengaruhi perkembangan anak. Hal ini identik dengan pendapat Morgan, yang mengatakan bahwa gen mengatur sifat menurun tertentu yang mengandung satuan informasi genetika. Gen ini meupakan satuan kimia yang diwariskan dalam kromosom yang dengan interaksi lingkungan memengaruhi atau menentukan perkembangan suatu individu. Demikian juga, perpaduan antara bakat yang dibawa dari kelahiran serta pe.ndidikan yang tepat, merupakan cara yang paling tepat dalam proses pembentukan anak di masyarakat. Pendapat ini didukung pula oleh William Stern dengan teori konvergensinya.
Perkembangan dan kematangan jiwa seseorang anak dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan lingkungan. Lingkungan dapat dijadikan tempat untuk kematangan jiwa seseorang. Dengan demikian, baik-tidaknya sikap seseorang ditentukan oleh dua faktor tersebut.
Anak yang baru lahir selalu menuntut penyempurnaan dirinya, bahkan sejak ia dalam kandungan. Anak dalam kandungan melalui ibunya mengalami proses pematangan diri, baik fisik, mental, dan emosional. Hubungan batin antar ibu dan anak dala kandungan tejalin erat sekali. Kegoncangan emosional dan keterbatasan makan yang dilakukan ibu memengaruhi perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan dalam arti kuantitatif maupun kualitatif. Dengan perantaraan ibu, anak dalam kandungan memenuhi tuntutan kejiwaannya untuk mencapai perkembangan  tertentu.
Begitu besarnya pengaruh ibu terhadap anak sehingga pendidikan anak dapat dilahirkan selama dalam kandungan. K.H.E.Z. Muttaqin, mengatakan bahwa anak harus diberikan pendidikan sedini mugkin, bahkan sejak kedua orang tuanya memasuki jenjang perkawinan, harus sudah mengalkulasikan bagaimana anak-anak yang akan mereka lahirkan nanti. Pergaulan suami istri diawali dengan doa agar dengan doa itu, setan tidak ikut campur (menurut ajaran islam), karena dalam tetes air suci (ovum/mani) yang tersimpan dalam rahim istri tidak terdiri dari bahan-bahan jasmaniah semata, tetapi juga terkandung benih watak dan tabiat calon anak. Makanan ibu yang mengandung akan menjadi vitamin anak kelak. Demikian juga, kelakuan ibu dan bapak akan menjadi vitamin jiwa calon anak.
Pendekatan filosofis dalam memahami karakteristik anak didik adalah tiga perbedaan anak didik yang dihadapi. Tiga perbedaan tersebut adalahsebagai berikut.

1.      Perbedaan Biologis
Perbedaan biologis berkaitan dengan keadaan jasmani yang normal, mungkin ada yang tubuhnya cacat, dan keadaan biologis lainnya. Jika pendidik kurang memperhatikan perihal tersebut, pendidikan berjalan kurang sempurna.

2.      Perbedaan Intelektual
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005:57), intelegensi merupakan salah satu aspek yang selalu aktual untuk dibicarakan dalam dunia pendidikan. Keaktualan itu karena intelegensi adalah unsure yang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar anak didik.
Menurut ahli psikologi, yakni William Stern, intelegensi merupakan daya untuk menyesuaikan diri secara mudah dengan keadaan baru dengan menggunakan bahan-bahan pikiran yang ada menurut tujuannya.
Intelegensi adalah kemampuan untuk memahami dan beradaptasi dengan situasi yang baru dengan cepat dan efektif, kemampuan untuk menggunakan konsep yang abstrak secara efektif, dan kemampuan untuk memahami hubungan dan mempelajarinya dengan cepat.
Untuk mengetahui tinggi rendahnya intelegensinya seseorang, dikembangkanlah instrument yang dikenal dengan istilah test inteligensi dan gambaran mengenai hasil pengetesan kemudian dikenal dengan intelegence quotient, disingkat dengan IQ.
Berdasarkan hasil tes inteligensi (intelligence quotient), hasil bagi yang diperoleh dari pembagian umur kecerdasan dengan umur sebenarnya menunjukkan kesanggupan rata-rata kecerdasan seseorang. Pembagian itu adalah:
1.      Luar biasa (genius) IQ   diatas 140
2.      Pintar (begaaf)               110-140
3.      Normal (biasa)               90-110
4.      Kurang pintar                 70-90
5.      Bebal (debil)                   50-70
6.      Dungu (imbicil)              30-50
7.      Pusung (idiot)                 dibawah 30

3.      Perbedaan Psikologi
Keadaan psikologi anak didik dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, lingkungan social, dan tentu oleh lingkungan sekolahnya. Para pendidik secara langsung dapat mempengaruhi psikologis anak didik, misalnya pendidik yang terkesan galak, mudah tersinggung dan kurang kreatif, akan menyebabkan anak didiknya menjadi kurang menyukai pendidiknya secara pribadi. Oleh karena itu dibutuhkan sinergitas antara anak didik dengan semua lingkungan disekitarnya. Bahkan buku bacaan yang diwajibkan kepada anak didik agar dibaca dan dipelajari akan memberikan pengaruh psikologis anak didiknya. Oleh sebab itu, semua yang berkaitan dengan lingkungan anak didik memberikan pengaruh kepada anak didik secra langsung atau tidak langsung.
            Beberapa hal yang terkait dengan hakikat peserta didik yaitu:
1.      Peserta didik bukan miniature orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri.
2.      Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dan mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya, yang harus disesuaikan dalam proses pendidikan.
3.      Peserta didik mempunyai kebutuhan diantaranya kebutuhan biologis, rasa aman, rasa kasih saying, rasa harga diri dan realisasi diri.
4.      Peserta didik memilki perbedaan antara individu dengan individu yang lain, baik perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen(fitrah) maupun eksogen(lingkungan) yang meliputi segi jasmani, inteligensi, social, bakat, minat, dan lingkungan yang memepengaruhinya.
5.      Peserta didik dipandang sebagai kesatuan system manusia walaupun terdiri dari banyak segi tetapi merupakan satu kesatuan jiwa raga.
6.      Peserta didik merupakan objek pendidikan yang aktif dan kreatif serta produktif. Anak didik bukanlah sebagai objek pasif yang biasanya hanya menerima, mendengarkan saja(Abdul Mujib dan Muhaimin, 1993: 177-181).
Ada beberapa aspek peserta didik yang harus diperhatikan dalam pendidikan Islam, diantaranya:
1.      Potensi peserta didik yang harus diaktualisasikan, yaitu:
a.       Hidayah wujdaniyah yaitu potensi yang berwujud insting atau naluri yang melekat dan langsung berfungsi pada saat manusia dilahirkan dimuka bumi ini.
b.      Hidayah hissiyyah yaitu potensi berupa kemampuan indrawi sebagai penyempurnaan hidayah pertama.
c.       Hidayah aqliyah yaitu potensi akal sebagai penyempurnaan dari kedua hidayah diatas, sehingga memiliki kemampuan berpikir dan berkreasi menemukan ilmu pengetahuan.
d.      Hidayah diniyah yaitu petunjuk agama berupa keterangan tentang hal-hal yang menyangkut keyakinan dan aturan perbuatan yang tertulis dalam Al-Quran dan Sunnah.
e.       Hidayah Taufiqiyah yaitu hidayah khusus yang diharapkan diberikan Allah petunjuk Allah yang lurus berupa hidayah dan taufik agar manusia selalu berada dalam keridhaan Allah (Ramayulis, 2004:102).
2.      Kebutuhan peserta didik baik kebutuhan jasmani (primer) seperti makan, minum dan sebagainya maupun kebutuhan rohaniah (sekunder) yang meliputi kebutuhsn kasih sayang, akan rasa aman, rasa harga diri, rasa bebas, sukses dan kebutuhan akan sesuatu kekuatan pembimbing atau pengendalian diri manusia. Adapun kebutuhan yang paling esensi adalah kebutuhan terhadap agama, sehingga manusia disebut dengan makhluk yang beragama(homo religious). Kebutuhan-kebutuhan peserta didik inilah harus diperhatikan oleh setiap pendidik sehingga peserta didik tumbuh dan berkembang mencapai kematangan psikis dan fisik.
Dalam proses pendidikan kedudukan sebagai siterdidik, bukanlah sesuatu yang tidak penting. Seseorang yang belum dewasa, misalnya, mengandung banyak sekali kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang baik jasmani maupun rohani. Ia memiliki jasmani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran maupun perimbangan bagian-bagiannya. Dalam segi rohaniah sianak mempunyai bakat-bakat yang masih harus dikembangkan, mempunyai kehendak, perasaan dan pikiran yang belum matang.
Namun demikian tidaklah seluruh persoalan pendidikan tergantung kepada sipendidik. Siterdidik memegang peranan yang penting pula. Ia yang memiliki apa-apa yang akan dikembangkan, ia yang akan mengolah apa-apa yang akan diajarkan kepadanya. Peranan ini makin lama makin besar dan pada masa dewasa seluruh pertanggung jawab terletak dibahu siterdidik sendiri. Kalau perkembangan kepribadian sianak berjalan normal maka makin dekat ke ‘’kedewasaan’’ gejala berdiri sendiri jasmaniah rohaniah akan makin jelas Nampak, dengan kata lain akan dapat diharapkan bahwa pertanggungjawab (titik berat peranan) akan makin beralih kepadanya.
Islam menjelaskan hak-hak para pelajar yang utama, yang pantas disebut disini adalah mempermudah jalan tercapainya ilmu pengetahuan tanpa membedakan diantara orang-orang kaya dengan oranng-orang miskin.
Para pelajra juga dinasehatkan dan dibekali dengan petunjuk-petunjuk diantaranya:
a.       Seorang murid harus membersihkan hatinya dari kotoran sebelum ia menuntut ilmu, karena belajar adalah semacam ibadah dan tidak sah ibadah kecuali dengan bersih hati. Bersih hati maksudnya menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela, seperti dengki, benci, menghasut, takabbur, berbangga-bangga memuji diri dan menghiasi diri dengan akhlak mulia seperti benar, taqwa, ikhlas, merendahkan diri dan ridha.
b.      Hendaklah tujuan belajar itu ditujukan untuk menghiasi ruh dengan sifat keutamaan, mendekatkan diri dengan Tuhan, dan bukan untuk bermegah-megah dan mencari kedudukan.
c.       Dinasehatkan agar pelajar tabah dalan memperoleh ilmu pengetahuan dan supaya merantau.
d.      Wajib untuk menghormati guru dan bekerja untuk kerelaan guru, dengan mempergunakan bermacam-macam cara.
Sesuai dengan itu pula Al-‘Abdari menasehatkan para pelajar agar jangan mengganggu guru dengan memperbanyak pertanyaan bila ia memang tidak suka dengan demikian, jangan berlari dibelakangnya bila berlari dijalanan. Az-Zarnuzi menjelaskan pelajar harus patuh kepada guru, dan dalam hal ini ia berkata, sebagian dari kewajiban pelajar ialah jangan berjalan di depan guru, jangan duduk di tempat guru, dan jangan berbicara kecuali sudah mendapat ijin dari dia. Dalam hal ini Ghazali mengemukakan beberapa nasehatnya yaitu, murid mendahului memberi salam kepada gurunya, dan jangan bercakap banyak di depannya, jangan tertawa bila berbicara di depan guru.
Thasy Kubra Zadeh memperingatkan pelajar supaya tidak menganggap rendah  sedikitpun  pengetahuan-pengetahuan apa saja dengan sebab ia tidak mengetahuinya tetapi ia harus mengambil bagian-bagian dari ilmu yang pantas baginya dan tingkatan yang wajib baginya. Kemudian disamping itu ia harus bertekad untuk belajar sampai akhir hayatnya dan supaya merantau ke negeri-negeri yang jauh untuk mencari guru.






Jumat, 30 September 2011

TAUHID SEBAGAI LANDASAN ILMU


BAB I
PEMBAHASAN

1.1  TAUHID SEBAGAI LANDASAN ILMU
Islam memberikan kedudukan yang sangat tinggi kepada akal manusia. Dengan akalnya manusia dapat memahami ayat-ayat Allah, dan membedakan yang baik dan buruk. Manusia memiliki status ciptaan Allah yang paling baik. Bahkan keberadaan umat islam ditempatkan Allah sebagai umat terbaik diantara umat lain. Pada hakikatnya umat islam membawa ajaran-ajaran bukan hanya mengenai satu segi saja, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia yang ajaran-ajarannya bersumber dari Al-qur’an dan Hadits. Manusia adalah umat terbaik sesuai dengan Al-qur’an surat Al-imran ayat 110.
 ﺑﷲ ﻮﺘﺆﻣﻨﻮﻦ ﺍﻠﻣﻧﻜﺮ ﻋﻦ ﻮﺘﻨﻬﻮﻦ ﺑﺎﻠﻣﻌﺮﻮﻑ ﺘﺄﻣﺮﻮﻦ ﻠﻠﻨﺎﺱ ﺃﺧﺮﺠﺖ ﺃﻣﺔ ﺧﻴﺮ ﻜﻨﺗﻢ
Yang artinya: kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
            Umat islam adalah umat terbaik[1], yaitu islam yang dibawa Nabi besar Muhammad SAW, keistimewaan  umat Muhammad adalah akan memperoleh rahmat yang khusus dari Allah diakhirat kelak, sebagaimana yang tercantum dalam Alqur’an surah Al-fathir ayat 32-35. Umat Muhammad kalau yang, ditinjau dari segi amal perbuatannya, ada tiga macam, yaitu:
1.      Orang-orang yang mengabaikan sebagian amal perbuatan yang wajib serta melanggar sebagian yang meelanggar sebagian larangan (memcampuradukkan amal perbuatan baik dan buruk). Itulah orang yang diisyaratkan dengan menganiaya diri diri sendiri (zalimun li nafsih).
2.      Orang-orang yang menunaikan semua amal perbuatan wajib dan meninggalkan semua larangan, tetapi kadan-kadang suka meninggalkan perbuatan sunat dan melakukan yang makruh. Itulah yang diisyaratkan dengan muqtasid (sedang dalam amal perbuatannya).
3.      Orang-orang yang mengerjakan semua amal perbuatan wajib, meninggalkan semua larangan, semua yang makruh, dan sebagian yang sunat. Itulah yang diisyaratkan dengan saabiqun bil-khairati (orang-orang yang mendahului dalam kebaikan).
Ibnu Abbas ra. Berkata, orang-orang yang mendahului dalam kebaikan akan masuk surga tanpa hisab. Orang yang pertengahan amal perbuatannya akan masuk surge dengan rahmat karunia Allah. Sedang orang yang menganiaya diri sendiri akan masuk surga dengan syafaat Nabi besar Muhammad saw.
            Sumber ajaran Islam adalah wahyu Allah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada manusia melalui Nabi Muhammad saw sebagai Rasulullah. Allah membawa petunjuk yang lebih unggul dari agama-agama lain. Sebagai ideologi (keyakinan) yang menawarkan Islam kaffah (menyeluruh). Diantara keutamaan dan kemuliaan umat Muhammad adalah bahwa[2] Allah swt, benar-benar menyempurnakan keyakinan mereka dengan pernyataan Nabi saw. Al-Ma’sum dalam sabdanya. Nabi saw bersabda, “belum pernah ada umat yang dikaruniai keyakinan yang lebih sempurna daripada keyakinan yang dikaruniakan kepada Nabi Muhammad” (Al-Hakim dari Sa’id bin Mas’ud). Belum pernah ada umat yang hatinya memperoleh pancaran iman untuk ma’rifat kepada Allah Ta’ala dan untuk meningkatkan amal perbuatan mereka sehingga menghadapi urusan akhirat bagi mereka sama menghadapi urusan kenyataan, melebihi atau membandingi pancaran iman yang dianugerahkan kepada umat Muhammad.
Para ulama berbeda pendapat bahwa keyakinan itu ada tiga macam, yaitu ilmul yaqin, ainul yaqin, dan haqqul yakin. Ilmul yaqin yaitu keyakinan yang diperoleh dari jalan pikiran yang sehat disertai bukti-bukti yang nyata. Ainul yaqin adalah memandang hal yang gaib sama dengan memandang yang lahir. Haqqul yaqin adalah keyakinan pandangan yang telah menyatu, tidak ada perbedaan diantara yang gaib dan yang lahir.
Ajaran keesaan Allah atau tauhid menjadi dasar bagi pengetahuan dalam Islam. Setiap muslim mengawali pengetahuannya dengan menegaskan keesaan Allah SWT. Menurut Al-Faruqi sebagai prinsip pengetahuan, tauhid adalah pengakuan bahwa Allah sebagai kebenaran Al-Haq itu ada, dan bahwa Dia itu Esa. Jadi setiap orang yang meragukan kebenaran Allah, dan sebagai sumber kebenaran adalah Allah swt adalah perbuatan syirik. Al-Faruqi berpendapat menjadi seorang muslim berarti bahwa didalam kesadaran kita senantiasa mengingat Allah. Karena Dia adalah Pencipta dan Hakim. Seseorang yang menjadi Islam berarti mengerjakan segala sesuatu seperti yang dikehendakiNya dan demi dia semata-mata.
Tauhid merupakan penegasan dari kesatupaduan sumber-sumber kebenaran. Tuhan adalah pencipta alam dari mana manusia memperoleh pengetahuannya. Objek pengetahuan adalah pola-pola alam yang merupakan hasil karya Tuhan (kehendak dan kuasanya). Tuhan mengetahuinya secara pasti, sebab Dia adalah penciptanya dan secara pasti pula Dia adalah sumbernya, dan pengetahuanNya adalah mutlak dan universal. Allah sebagai Rabbul Alamin yaitu sebagai pencipta alam beserta segala isinya. Rabb artinya mendidik dimana Allah sebagai pendidik. Allah hanya memberi fasilitas hidup bagi manusia dengan kelengkapan diri manusia tersebut. Dan manusialah yang mengusahakan bagaimana mengembangkan bakat kognitif, psikomotorik, maupun akhlak budi pribadinya, untuk menetapkan status didunia dan diakhirat nantinya. Tetapi manusia tidak boleh sombong karena hakikatnya Allah yang memberikan ilmu oengetahuan yang dimiliki manusia tersebut.
Islamisasi ilmu pengetahuan pada hakikatnya ingin menghubungkan kembali ilmu pengetahuan dan agama dalam visi modern dan memandang ilmu pengetahuan sebagai upaya manusia untuk membuka rahasia-rahasia sunatullah yang semuanya disadari oleh kesadaran bahwa agama dan ilmu pengetahuan merupakan Karunia Allah kepada manusia. Tauhid adalah inti ajaran Islam sehingga islamisasi ilmu tidak memiliki cara lain kecuali diawali dari akidah tauhid (mengesakan Allah) yang benar. Makna dari memahaminya adalah mengakui bahwa:
1.      Tuhan itu ada dan Dia-lah Allah.
2.      Allah itu Esa dalam Dzat (tak ada Tuhan lebih dari satu dan tak ada sekutu baginya), sifat  (tak ada dzat lain yang memiliki sifat-sifat ketuhanan yang sempurna), maupun perbuatan-Nya (tak seorang pun dapat melakukan perbuatan seperti yang dilakukan Allah).
3.       Allah menurunkan agama yang benar, yaitu Islam, sebagai pedoman hidup manusia.
Berdasarkan pemahaman tersebut kita mengetahui bahwa Allah adalah Rabb bagi semesta alam dan sumber kebenaran. Allah-lah yang paling tahu apa yang baik dan benar bagi manusia. Maka, ilmu pengetahuan bersumber dari Allah semata, yaitu yang diperoleh berdasarkan tuntunan Allah melalui wahyu (Al Quran) dan tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam semesta. Ajaran tauhid mendorong agar manusia terus belajar untuk mendapatkan pengetahuan dan dalam prosesnya kita tetap memegang prinsip dan nilai-nilai Islam yang menjadi pedoman mengembangkan ilmu pengetahuan.
 Al-Faruqi menjelaskan prinsip metodologi, tauhid terdiri dari tiga prinsip, yaitu:
1.      Penolakan terhadap segala sesuatu yang tidak berkaitan realitas.
2.      Penolakan kontradiksi-kontradiksi hakiki.
3.      Keterbukaan bagi bukti yang baru, atau bertentangan.
Prinsip pertama meniadakan kebohongan dan penipuan dalam Islam, karena prinsip ini menjadikan segala sesuatu dalam agama terbuka untuk diselidiki dan dikritik. Dalam agama Islam boleh menyelidiki sesuatu yang ingin diketahui lebih jelas kebenarannya tentang ilmu pengetahuan tersebut. Tetapi ilmu pengetahuan yang masih bisa bersifat bisa diselidiki, tidak ada kebohongan dalam Islam. Yang tidak boleh diselidiki adalah bagaimana zat Tuhan sebenarnya, kita mengetahui Allah cukup hanya dengan sifat-sifatnya saja. Karena jika kita menyelidikinya akan melanggar, dan tidak meyakini bahwa Allah itu ada. 
Prinsip kedua, yakni tidak ada kontradiksi yang hakiki. Jika wahyu bertentangan dengan mungkin bertentangan dengan akal, atau dengan penemuan-penemuan dalam penelitian atau pengetahuan rasional, maka Islam menyarankan kepada para peniliti/ilmuwan agar meninjau kembali pemahamannya atas wahyu atau penemuan rasionalnya atau kedua-duanya. Dengan demikian, seorang muslim adalah seorang rasionalis, karena dia menegaskan kesatupaduan antara dua sumber kebenaran, yaitu wahyu dan akal yang berasal dari Allah SWT. Penemuan-penemuan yang disselidiki oleh para ilmuwan harus rasionalisme artinya teruji kebenarannya dan bisa dipahami dengan akal, artinya akal menerima pengetahuan tersebut. Tapi penemuan itu juga harus ditinjau kembali pemahamannya. Contoh: misalnya asal-usul manusia menurut Darwin, ia mengatakan bahwa manusia keterunan dari kera/monyet. Jelas saja itu tidak benar karena manusia adalah ciptaan Allah melalui Nabi Adam diciptakan Allah kemudian manusia adalah keturunannya. Hal yang dikatakan Darwin tidak sesuai dengan wahyu Allah dalam Alqur’an, dan tidak juga sesuai dengan akal yang diberikan Allah SWT.
Prinsip ketiga, tauhid sebagai kesatuan kebenaran yaitu keterbukaan terhadap bukti yang baru atau yang bertentangan. Segala apapun yang terjadi dalam ilmu pengetahuan, yang mengetahui kebenarannnya hanya Allah semata. Prinsip ini mendorong kaum muslimin kepada sikap rendah hati intelektual. Akan muncul ungkapan wallahu a’lam ( Allah yang lebih tahu). Kebenaran yang lebih besar hanya dapat dikuasai sepenuhnya dimanapun dan disaat kapanpun  oleh Allah SWT. Artinya seorang ilmuwan hanya meneliti, apakah benar pemahaman penelitiannnya tersebut atau tidak. Jika benar dia harus rendah hati karena yang memberikan pengethuan kepada dirinya juga Allah SWT. Jadi Allah lah yang lebih besar dalam kebenaran tersebut.
Sebagai makhluk hidup, manusia juga senantiasa memiliki kesadaran diri dan kemampuan belajar. Rangkaian perjalan waktu pada usia anak-anak, kemudian seseorang belajar menguasai pengetahuan dan keterampilan untuk mempertahankan kehidupan. Dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan manusia dapat membina kepribadian yang seutuhnya dalam masyarakat. Dan tentunya diterima masyarakat dengan senang hati. Maka dari usia kanak-kanak pendidikan itu diawali dari keluarga karena keluarga memberikan peran yang sangat penting untuk menyiapkan fungsi anak dalam masyarakat.


1.2  DIMENSI KEILMUAN PENDIDIKAN ISLAM
Allah adalah pendidik yang Maha Agung bagi Manusia. Dia Maha pengasih lagi Maha penyayang kepada semua makhlukNya. Sebagai pendidik dan pemberi yang Maha Agung, Allah memberikan berbagai fasilitas hidup bagi manusia. Setelah diciptakan dengan kelengkapan pancaindra, manusia diberi ruh untuk hidup. Allah juga memberikan agama untuk membimbingnya. Bahkan seluruh alam diperuntukkan bagi kebaikan dan kehidupan manusia, bermakna sebagai suatu proses pendidikan yang panjang dalam mengaktualisasikan potensi setiap pribadi sesuai nilai-nilai, atau kehendak Allah swt.
Landasan filosofis pendidikan dalam islam adalah filsafat pendidikan islam, sedangkan landasan pendidikan Islam adalam ilmu pendidikan Islam.
Pendidikan islam yaitu bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuk kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain Pendidikan Islam merupakan suatu bentuk kepribadian utama yakni kepribadian muslim. kepribadian yg memiliki nilai-nilai agama Islam memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dgn nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam merupakan pendidikan yg bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yg bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikan adl mewujudkan tujuan ajaran Allah (Djamaluddin 1999: 9).
Pemikiran fundamental tentang pendiikan Islam adalah filsafat pendidikan Islam. Menurut Drajat (1987:123) filsafat pendidikan ialah pikiran, pandangan, dan renungan manusia tentang suatu proses penanaman benih baru atau proses transformasi dan usaha mengembangkan bakat serta kemampuan seseorang baik kawasan kognitif, afektif, psikomotorik maupun akhlak budi pribadi untuk menetapkan status, kedudukan dan fungsinya dalam alam semesta maupun akhirat nanti.
Menurut Hasan Langgulung yg dikutip oleh Djamaluddin (1999) Pendidikan Islam ialah pendidikan yg memiliki empat macam fungsi yaitu :
  • Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yg akan datang. Peranan ini berkaitan erat dgn kelanjutan hidup masyarakat sendiri.
  • Memindahkan ilmu pengetahuan yg bersangkutan dgn peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.
  • Memindahkan nilai-nilai yg bertujuan untuk memilihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yg menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.
  • Mendidik anak agar beramal di dunia ini untuk memetik hasil di akhirat.
Yang dimaksud dengan pendidikan Islam disini adalah :
1.      ia merupakan suatu upaya atau proses yg dilakukan secara sadar dan terencana membantu peserta didik melalui pembinaan asuhan bimbingan dan pengembangan potensi mereka secara optimal agar nanti dapat memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai keyakinan dan pandangan hidup demi keselamatan di dunia dan akhirat.
2.      merupakan usaha yg sistimatis pragmatis dan metodologis dalam membimbing anak didik atau tiap individu dalam memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam secara utuh demi terbentuk kepribadian yg utama menurut ukuran islam.
3.      merupakan segala upaya pembinaan dan pengembangan potensi anak didik utk diarahkan mengikuti jalan yg islami demi memperoleh keutamaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Begitu pentingnya fungsi pendidikan bagi pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa, sehingga eksistensi suatu bangsa dan kemajuan peradabannya merupakan hasil dari keberhasilan penyelenggaraan pendidikan[3], penyelenggara pendidikan yang utama adalah keluarga yang mempunyai tanggung jawab mendidik anak dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupannya kelak. Serta mengajarkan moral  yaitu tanggung jawab yang meliputi nilai-nilai religious spiritual yang dijiwai Ketuhanan yang Maha Esa disamping didorong oleh kesadaran memelihara martabat dan kehormatan keluarga. Kelurga merupakan tempat sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan baik pendidikan individual maupun pendidikan sosial. Keluarga tempat pendidikan yang paling sempurna sifatnya dan keberadaannya untuk melangsungkan pendidikan kearah pembentukan pribadi yang utuh. Peran orang tua sebagai penuntun, pengajar, dan sebagai pemberi teladan.  Demikian pula sejarah kehancuran merupakan kegagalan pendidikan dalam menjalankan fungsinya. Kelangsungan hidup suatu bangsa tidak hanya aspek pisik, tetapi sekaligus, psikis, sosial dan kultural menjadi tanggung jawab pendidikan.
Pendidikan sebagai proses atau upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya mengembangkan kemampuan potensi individu sehingga memiliki kemampuan hidup optimal baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral religius dan social sebagai pedoman hidupnya. Pendidikan juga dipandang sebagai usaha sadar yang bertujuan untuk mendewasakan anak. Kedewasaan intelektual, sosial dan moral, tidak semata-mata kedewasaan dalam arti fisik. Pendidikan adalah proses sosialisasi untuk mencapai kompetensi pribadi dan sosial sebagai dasar untuk  mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya dalam mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya dalam mengisi berbagai peran dan pekerjaan dimasyarakat.
Aktivitas untuk mewariskan dan mengembangkan kebudayaan islam yang utama dilakukan melalui pendidikan keluarga muslim.untuk menjamin supaya pendidikan itu benar dan proses kegiatannya berlangsung secara efektif maka dbutuhkan adanya landasan filosofis dan landasan ilmiah sebagai asas normatife dan pedoman pelaksanaan pembinaan kepribadian anak-anak muslim.
Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada perencana pendidikan, guru-guru dan orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Karena hal tersebut akan mewarnai perbuatan mereka secara arif dan bijaksana dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah bangsa, falsafah negaranya.

1.3  ILMU PENDIDIKAN ISLAM DAN GURU PROFESIONAL
Umat islam saat ini telah terlanda penyakit jumud (kebekuan) dan penyakit kemunduran. Penyakit ini bisa disembuhkan ajaran islam, bila dipahami ilmu dan perkembangannya. Untuk mengoptimalkan proses dan hasil pendidikan islam, diperlukan para guru pendidikan agama islam dan guru-guru muslim yang profesional. Para guru muslim menguasai apa yang diajarkan, terampil mengajarkan ilmu pengetahuan, dan memilki integritas kepribadian. Dimensi keilmuan sangat diutamakan dan lebih tinggi beberapa derajat dalam islam. Karena itu, ilmu menjadi sarana meninggikan keimanan.
kata profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya” (Usman, 1995: 14). Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Sudjana, 1988: 14)
Setiap guru profesional menguasai pengetahuan yang mendalam dalam spesialisnya. Penguasaan pengetahuan ini merupakan syarat yang penting disamping keterampilan-keterampilan lain.
Guru profesional selain menguasi seluk-beluk pendidkan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainya, guru juga dibekali pendidikan khusus untuk menjadi guru dan memiliki keahlian khusus yang diperlukan sesuai dengan profesinya.
Pekerjaan guru adalah suatu profesi tersendiri, pekerjaan ini tidak dapat dikerjakan oleh sembarang orang tampa memiliki keahlian sebagai seorang guru. Banyak yang pandai berbicara tertentu, namun orang itu belum dapat disebut sebagai seorang guru (Hamalik, 2004: 118-119). Seseorang guru selain memiliki pengetahuan atau wawasan mengenai pendidikan juga harus dibekali dengan persyaratan tentang profesionalisnya itu, mengenai persayaratan guru tersebut meliputi:
a.    Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Guru sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan islam tidak mungkin mendidika anak didik bertakwa kepada Allah SWT, jika guru sendiri tidak bertakea kepadanya. Sebaliknya guru adalah teladan bagi anak didiknya.
b.    Sehat jasmani
Kesehatan jasmanikerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka untuk menjadi guru.
c.    Berkelakuan baik
Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik, guru harus menjadi tauladan bagi siswa didiknya karena anak-anak cenderung bersifat meniru (Djamarah, 2000: 32).
Ketiga persyaratan tersebut diharapkan telah demiliki oleh seorang guru sehingga ia mampu memenuhi fungsi sebagai pendidik profesional yakni pendidik bangsa, guru di sekolah atau pimpinan di masyarakat.
Dari persyaratan di atas menunjukan bahwa guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukan kepada masyarakat bahwa guru layak menjadi panutan atau tauladan bagi masyarakat di sekelilingya (Soejipto, 2007: 42). Rasulullah saw bersabda dalam haditsnya yang diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah: dan barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan baginya untuk menuju surga (Al-Hadits).
            Dari hadits ini, jelas diisyaratkan bahwa para pelaksanaan pendidikan, baik pendidik maupun yang didik tergolong dalam kelompok orang yang disediakan jalan menuju surga. Karena itu dalam era kontemporer harus diusahakan semakin banyak lembaga pendidikan islam yang yang berkualitas dan unggul. Didalam konsep, prinsip dan teori pendidikan islam benar-benar diaplikasikan oleh para pengelola dan guru. Ilmu pendidikan Islam harus mampu mencerahkan para guru muslim dalam memberdayakan pribadi dan masyarakat ditengah semakin kerasnya persaingan. Karena di era modern atau kontemporer saat ini banyak orang yang tinggi kognitifnya tetapi akhlaknya bobrok atau rusak. Contohnya saja para pejabat, mereka mempunyai keilmuan yang tinggi tapi akhlaknya tidak baik. Tidak memikirkan manusia yang lain, karena itu dia terus korupsi. Itu menunjukkan pentingnya pendidikan Islam, agar generasi bangsa seterusnya atau akhlak anak bangsa akan baik dengan usaha dari pendidikan tersebut.
            Salah satu ilmu yang penting dalam membina keahlian dan kepribadian guru muslim adalah Ilmu pendidikan islam. Karen kelangsungan dan perkembangan masyarakat islam sepenuhnya memang dipengaruhi oleh pranata-pranata sosial yang ada didalamnya, termasuk pendidikan, ekonomi, politik, teknologi serta moral atau etika.

1.4  PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM
Sistem adalah suatu kesatuan dari komponen-komponen yang masing-masing berdiri sendiri tetapi saling terkait satu sama lain, sehingga terbentuk suatu kebulatan yang utuh dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Komponen yang berada didalam system pendidikan sangat beragam. Secara umum bahwa pendidikan sebagai suatu system yang terpadu dari semua satuan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya untuk mengusahakan terlaksananya proses pendidikan secara optimal dan tercapainya tujuan pendidikan. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Suatu usaha pendidikan menyangkut tiga unsur pokok yaitu unsur masukan, unsur proses usaha itu sendiri, dan unsur hasil usaha.
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai  unsur-unsur tujuan sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur atau jenjang, kurikulum dan fasilitas. Setiap sistem pendidikan ini saling mempengaruhi.
1.      Tujuan dan Prioritas adalah fungsi mengarahkan kegiatan. Hal ini merupakan informasi  apa yang hendak dicapai oleh sisitem pendidikan  dan urutan pelaksanaanya
2.      Peserta didik adalah  fungsinya belajar diharapkan peserta didik mengalami proses perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan sistem pendidikan
3.      Manajemen atau pengelolan adalah fungsinya mengkoordinasi, mengarahkan dan menilai sistem pendidikan
4.      Struktur dan jadwal waktu adalah mengatur pembagian waktu dan kegiatan
5.      Isi dan bahan pengajaran adalah mengambarkan luas dan dalamnya bahan pelajaran yang harus dikuasai peserta didik.
6.      Guru dan pelaksanaan adalah menyediakan bahan pelajaran  dan menyelengarakan proses belajar untuk peserta didik
7.      Alat bantu belajar adalah fungsi membuat proses pendidikan  yang lebih menarik dan bervariasi
8.      Fasilitas adalah fungsinya untuk tempat terjadinya proses pembelajaran
9.      Teknologi adalah fungsi memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses pendidikan
10.  Pengawasan mutu adalah fungsi membina peraturan dan standar pendidikan
11.  Penelitian adalah fungsi memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan
12.  Biaya adalah fungsinya memperlancar proses pendidkan
        Menurut UU republik Indonesia no.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional adalah usaha sadar untuk  menyiapkan   peserta didik  melalui bimbingan , pengajaran,  atau latihan bagi peranannya  dimasa yang akan datang. 
            Secara umum bahwa pendidikan sebagai suatu sistem dapat diartikan sebagai untuk mengusahakan satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya untuk mngusahakan terlaksananya proses pendidikan secara optimal dan tercapainya tujuan pendidikan.
BAB II
DAFTAR PUSTAKA
Syafaruddin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Hijri Pustaka Utama, 2009
Rosdiana, Pendidikan Suatu Pengantar, Bandung : Cita Pustaka Media Perintis, 2009
Muhammad Bin Alwi Al maliki Al Hasani, Keutamaan Umat Muhammad, Jakarta: Bintang Terang, 2001


[1] Muhammad Bin Alwi Al maliki Al Hasani, Keutamaan Umat Muhammad, (Jakarta: Bintang Terang, 2001)  hlm 12
[2] Ibid, hlm 2
[3] Rosdiana, Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2009) hlm 167